Kriteria Mahasiswa Ideal yang Memiliki Kualitas Akademik yang Baik dan Integritas Moral yang Tinggi
Mahasiswa, selama ini dianggap sebagai kelas khusus dalam
masyarakat. Selain karena jumlahnya yang sangat sedikit (tidak sampai 5
persen dari total pendudukIndonesia), jenjang pendidikan mahasiswa juga
lebih tinggi dari kelompok masyarakat lain. Mahasiswa dianggap memiliki
pengetahuan dan kemampuan lebih. Karena itu, berbagai harapan
ditumpukan masyarakat kepada mahasiswa.
Mahasiswa diantaranya diharapkan menjadi agent of change,
pemicu perubahan. Dengan pengetahuan dan kemampuannya, mereka diharapkan
oleh masyarakat untuk menjadi pendobrak kejumudan, membongkar pola
pikir anti-kemajuan, serta menawarkan pemikiran baru dan segar untuk
memajukan masyarakat. Mereka diharapkan menjadi pelopor perubahan
masyarakat. Mahasiswa, dengan idealisme yang dimiliki, juga diharapkan
menjadi kontrol pemerintah terhadap berbagai kebijakan tidak pro-rakyat.
Berbicara tentang mahasiswa ideal, tentunya tidak terlepas dari sosok
atau profil dan kriteria. Sosok mahasiswa ideal, adalah mereka yang
mampu mengintegrasikan pendidikan yang dipelajari dengan realitas
masyarakat dimana mereka dibesarkan. Dalam artian, mereka mampu memahami
kegelisahan masyarakat dan dengan kemampuan yang dimiliki, bisa
melakukan perubahan, berjuang bersama masyarakat. Dalam setiap gerak
langkahnya, mereka senantiasa mendasarkan perjuangan pada keyakinan
agama yang dimiliki, sehingga segala sesuatu yang dilakukan memiliki
dasar atau landasan, baik secara keagamaan, secara intelektual, dan
ditujukan untuk kemanusiaan.
Mahasiwa yang memiliki Tipe Ideal of University Students adalah
mahasiswa yang bisa menggabungkan sisi akademik, sisi organisatoris dan
worker menjadi satu. Jadi di sisi akademik tetap terjaga, di sisi
organisasi selalu ambil bagian, dan di sisi workernya masih tetap jalan
tanpa halangan yang berarti .
* Sisi Akademik, adalah mahasiswa yang lebih mengutamakan kehidupan
kuliah . Namun sayangnya di sisi non Akademik misalnya, hubungan
interaksi dengan dunia luar biasanya kurang baik .
* Sisi Organisatoris, adalah mahasiswa yang lebih menomorsatukan organisasi dibandingkan kepentingan kuliah .
Mereka jarang sekali mengikuti kegiatan perkuliahan, ini disebabkan
karena mereka disibukkan dengan amanah dan tanggungjawab yang ada di
organisasi. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi memiliki tingkat
inteligensi yang rendah di sisi Akademik .
* Worker, adalah mahasiswa yang lebih mengutamakan pekerjaan / usahanya dibandingkan masalah kampus ( kuliah dan organisasi ) .
Kehidupan perekonomian yang semakin sulit, berdampak pada cara
berfikir mahasiswa, untuk itu mereka mencari pekerjaan atau bahkan
membuat usaha sambilan. mahasiswa yang memiliki tipe worker biasanya
mengalami kesulitan dalam menaikkan motivasi diri agar aktif dan
bersemangat kuliah .
Diantara kriteria mahasiswa yang memiliki kualitas akademik yang baik dan integritas moral yang tinggi yaitu :
- Dalam sisi perkuliahan dia adalah orang yang smart, rajin dan selalu aktif kuliah .
- Memiliki daya / kekuatan berdiskusi yang baik, tidak hanya menjadi pendengar setia .
- Memiliki daya intelegensi yang tinggi, berwawasan luas, dan bila ditanya tentang bentuk –bentuk permasalahan yang ada di sekitarnya dia “ nyambung ”
- Aktif dalam kegiatan organisasi .
- Meskipun sibuk di kampus, tetapi dia masih sempat juga mencari nafkah .
Di sisi lain, terdapat beberapa kriteria mahasiswa yang memiliki
kualitas akademik yang baik dan integritas moral yang tinggi .
diantaranya ialah :
- Kriteria pertama disebut religiusitas. Mahasiswa ideal memiliki pemahaman keagamaan yang kuat, sehingga nilai agama (baca: Tauhid) melandasi setiap geraknya. Karena itu, tidak ada aktivitas tanpa niat beribadah kepada Allah. Kepasrahan total hanyalah kepada Allah, bukan kepada yang lain .
- Kriteria kedua adalah intelektualitas. Artinya segala tindakan dilaksanakan dengan pengetahuan dan pemahaman atas tindakan tersebut. Basis intelektual ini penting sehingga mahasiswa tidak terjebak pada pragmatisme gerakan. Intelektualitas tidak saja sebatas apa yang dipelajari di kampus sesuai bidang studi masing-masing mahasiswa. Tetapi mempelajari dan memahami ilmu dalam spektrum yang lebih luas dan integral. Sehingga mahasiswa memiliki basis pemikiran yang kuat dan mengakar dalam setiap tindakannya.
- Kriteria ketiga adalah humanitas. Setiap aktivitas diarahkan demi kepentingan kemanusiaan dan menjadi rahmat bagi semesta. Seorang intelektual, dengan segala ilmu dan kelebihan yang dimiliki, tidak lantas duduk di belakang meja, menghitung dan menganalisa berbagai rumus rumit di menara gading, tapi berjarak dari masyarakat dan tidak mengerti realitas. Kelompok seperti ini disebut intelektual tradisional. Kebalikannya adalah intelektual organik, yakni mereka yang terlibat dalam proses-proses kebijakan publik atau isu yang berkembang dalam masyarakat. Menurut kalangan ini, seorang intelektual harus memihak dan terlibat dengan perjuangan rakyat.
Daftar Pustaka :
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYang keren itu yg balance.. :)
BalasHapusya iya atuh
BalasHapus